seperti yang yang saya kutip dari hidayatullah.com, Pimpinan Umum Hidayatullah yakni Ust. Abdurrahman Muhammad menjelaskan mengenai Integritas. Bahwa Integritas itu diperlukan oleh para dai dalam berdakwah. Berikut ini penjelasan dari beliau.
Integritas diri adalah sebuah keniscayaan bagi juru
dakwah. Dalam praktiknya, seorang dai sedang menjalani peran sebagai
penyeru kebaikan sekaligus pengemban risalah para nabi terdahulu.
Pernyataan ini disampaikan oleh Pimpinan Umum Hidayatullah, Ustadz
Abdurrahman Muhammad dalam kegiatan Silaturahim Dai Hidayatullah, Ahad,
(12/12/2015).
Menurut Ustadz Abdurrahman, meski diakui tidak mudah, integritas diri
adalah hal mutlak yang tidak bisa ditawar dalam berdakwah. Sebab
berdakwah mengajak kepada kebaikan dan kebenaran adalah jalan terhormat
dan mulia di sisi Allah.
“Harus ada usaha maksimal memacu diri untuk mencapai tingkat
integritas yang tinggi. Ini adalah jalan kemuliaan dan tidak mudah
mendapatkan kemuliaan itu,” terang Abdurrahman menjelaskan.
Di hadapan puluhan juru dakwah se-Jawa Timur, ustadz Abdurrahman lalu
menerangkan beberapa hal yang bisa diamalkan untuk mencapai integritas
diri tersebut. Langkah pertama, menurut Abdurrahman, adalah taqarrub
ilallah atau selalu mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mengajak kepada ajaran agama adalah jalan panjang yang harus dilewati
para dai. Jalan dakwah ini tidak mudah, penuh dengan godaan dan
tantangan.
“Dengan memperbanyak taqarrub menjadikan semua urusan bisa dimudahkan oleh Allah. Hukumnya fardhu ain bagi setiap dai,” ujar Abdurrahman.
Dalam acara yang digelar di gedung Pendopo, Hidayatullah Probolinggo,
ustadz Abdurrahman juga mengingatkan para dai pentingnya menjaga niat
dalam berdakwah. Berdakwah adalah kemuliaan sebab ia perintah langsung
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagai atasan, tentunya Allah telah menyiapkan segala fasilitas dan
jaminan bagi mereka yang serius berdakwah di jalan Allah. Untuk itu para
juru dakwah tersebut tidak boleh melandaskan dakwahnya kecuali hanya
untuk agama-Nya.
Menurut Abdurrahman, dakwah ahlus sunnah berbeda dengan ajakan Syiah.
Dakwah Islam membimbing umatnya ke jalan yang lurus tanpa ada interest
lain kecuali untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaliknya Syia’h dianggap
hanya mewarisi motivasi dendam yang dilatari peristiwa Karbala
tersebut.
“Jangan ada dendam dalam berdakwah. Sikap dendam hanya meruntuhkan
niat seorang dai, bukan lagi karena Allah,” ungkap Abdurrahman.
Selanjutnya, hal penting lainnya dalam meningkatkan integritas
seorang dai adalah menjaga hati agar tidak tercemati penyakit hati.
Mulai dari iri hati, fitnah, ghibah, adu domba, dan sebagainya. Menurut
ustadz Abdurrahman, hal ini penting sebab ketika hati tidak mampu
terjaga maka ia bisa menodai niat sekaligus menghambat proses berdakwah
nantinya.
“Kebersihan hati dai itu mesti dijaga terhadap mad’u (obyek dakwah) dan juga kepada sesama juru dakwah lainnya,” imbuh Abdurrahman kembali.
Selain menajamkan spiritual (taqarrub ilallah) dan menjaga niat serta kondisi hati, bekal para dai lebih jauh adalah meningkatkan semangat berukhuwah sesama orang beriman.
Terakhir, Abdurrahman mengimbau seluruh dai agar senantiasa
menghadirkan muhasabah dalam diri. Mengoreksi kembali niat dan tujuan
berdakwah selama ini.
Setidaknya dengan memperbanyak membasahi bibir dengan kalimat Laa haula wa laa quwwata illa billah dan istighfar kepada Allah.
“Hanya dengan merendahkan diri kepada Allah, para dai dan umat Islam
bisa memperoleh kemenangan dalam dakwah dan perjuangan,” pungkas
Pimpinan Umum Hidayatullah.*/Syamsul Alam Jaga