أَفْضَلُ الْمُؤْمِنِينَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَكْيَسُهُمْ أَكْثَرُهُم لِلمَوتِ ذِكْرًا وَ أَحْسَنُهُم لَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاس
Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Orang yang cerdas adalah orang yang
paling banyak mengingat kematian dan paling
baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian.
Mereka adalah orang-orang yang berakal.”
Mafhum Mukhalafah dari hadis di atas : org yg paling hina di dunia ini, adalah org yg paling buruk akhlaknya, dan org yg paling bodoh adalah
org yg paling jarang mengingat mati dan tdk mempersiapkan bekal tuk
menghadapinya.
Sedari awal, NIAT yg mendasari keberadaan
HIDAYATULLAH, oleh Allahu Yarham
dan para pendiri, dimaksudkan menjadi wadah tuk berkumpul sekaligus media buat
menempa org2 yg punya niatan sama: memperbaiki akhlak dan mempersiapkan bekal
menghadapi kehidupan pasca kematian.
Karenanya...
Ke dua poin di atas, menjadi salah satu ciri utama dari seorg kader, dalam
arti kata... Bila akhlaknya "amburadul", yg teridentifikasi melalui
ucapan dan sikapnya, tdk mengundang simpatik org, dan juga orientasi dari
aktifitasnya, hanya bermuara pada kenikmatan duniawi, maka sungguh dia sangat
tdk layak mengklaim diri sebagai kader.
Pertanyaannya kemudian... Bagaimana status org2 yg berkecimpung di lembaga,
bahkan boleh jadi telah mendapatkan amanah (duduk dlm struktur), juga org2 yg
memang ditakdirkan terlahir di kampus2 hidayatullah (terlepas dia tumbuh
berkembang di mana), apa kah otomatis dia berpredikat sebagai kader...?!?!?!
Menjawab pertanyaan menggelitik di atas, tanpa bermaksud men-cocok2an...
Namun sebatas analogi untuk memudahkan pemahaman, saya ingin melakukan
pendekatan melalui firman Allah pada QS:49:14;
Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada
mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’
karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu.
Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Kesimpulannya... Jika ada org yg bergabung atau "tinggal" di
hidayatullah, terlepas dari proses yg melatar belakanginya, namun AKHLAK dan
ORIENTASINYA tidak / belum memenuhi kriteria, maka cukuplah dia berstatus
sebagai org hidayatullah, namun belum menjadi KADER.
Sebagaimana org yg telah betsyahadat, terlepas dari proses yg melatarinya
(apakah karena kebetulan org tuanya muslim dan atau karena interes lain yg
memotivir), maka otomatis dia menjadi muslim, tapi Allah tdk memperkenankan dia
mengklaim sebagai org beriman.
Berbicara lebih jauh tentang iman, ada perbedaan yg sangat kontras dgn
islam. Sebab islam cukup dgn pengakuan diri sendiri, yg ditandai dgn ucapan
syahadat, sementara iman, butuh proses panjang, dgn melalui aneka ragam ujian,
lihat QS : 29 : 2 dan 3Ustdaz. Akib Junaid Qahar