Imam al-Ghazali berkata, sabar itu separuh keimanan dan
setengahnya lagi adalah syukur. Keimanan seseorang berbanding lurus dengan
ujian yang Allah Ta’ala berikan. Ujian bisa berwujud kenikmatan yang sejalan
dengan kemauan, bisa pula berupa musibah atau hal yang tidak disukai. Inilah keajaiban
orang beriman yang mesti mampu mengelola dua”kepang sayap”: bersyukur dan
bersabar.
Nabi Muhammad saw bersabda,”Sungguh ajaib urusan orang
beriman. Sesungguhnya pada setiap urusannya, baginya ada kebaikan dan perkara
ini tidak berlaku melainkan kepada oran gmukmin. Sekiranya dia diberi dengan
sesuatu yang menggembirakan lalu dia bersyukur maka kebaikan baginya.” (Riwayat
Muslim)
Dalam suatu anekdot, seoang santri sedang berkonsultasi
kepada sang ustadz. Ia minta dicarikan jodoh yang ideal menurut sangkaannya :
cantik, kulit putih, postur tinggi,
keturunan orang baik dan hafidz 30 juz (penghafal al-Qur’an).
Ustadz itu lalu menjawab :” Alhamdulillah, ada seorang
santri putri yang persis sama dengan kriteria idamannmu. Cuma satu saja
kekurangannya.”
“Apa satu kekurangan itu ustadz?”
“Eh, tapi jangan tersinggung ya!”
“Tidak Ustadz, insya Allah saya siap menerima satu
kekurangan tersebut.”
“kekurangannya, santri putri itu belum mau menerima kamu.”
“Kenapa Ustadz?” santri itu mulai menggaruk kepalanya yang
tidak gatal.
“Karena kamu sendiri belum seideal dia, sebagai penghafal 30
juz.”
Manusia cenderung mengejar sesuatu yang disenangi dan
bersyukur jika hal itu sesuai dengan keinginannya. Termasuk dalam perkara
mencari calon suami atau isteri. Selalu berharap yang ideal terhadap pasangan
hidupnya. Bagi seorang Muslim, membangun keluarga bermula dari doa dan harapan
terhadap jodoh yang diinginkan.
Sebenarnya, harapan diatas terbilang wajar. Namun itu belum
tentu ada atau mungkin tersedia tapi tidak sesuai dengan kondisi kita sendiri. Untuk
itu, seorang Muslim harus selalu membenahi diri. Dan tidak melulu menuntut hal
yang sempurna dari pasangan sedangkan dirinya luput dari usaha menjadi sosok
yang sempurna.
Sejatinya, pasangan yang ideal adalah pasangan yang mampu
mensyukuri kelebihan pasangannya dan sanggup menyabari kekurangannya. Sebab dua
insan bisa berpasangan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan, kerja
sama, melengkapi dan memahami. Sehingga ada harmonisasi dalam menjalin hubungan
dalam rumah tangga.