Minta Yang Sesuai, Bukan Sempurna

MUNTAMAR
0
http://www.stokis-hpai.com/
Imam al-Ghazali berkata, sabar itu separuh keimanan dan setengahnya lagi adalah syukur. Keimanan seseorang berbanding lurus dengan ujian yang Allah Ta’ala berikan. Ujian bisa berwujud kenikmatan yang sejalan dengan kemauan, bisa pula berupa musibah atau hal yang tidak disukai. Inilah keajaiban orang beriman yang mesti mampu mengelola dua”kepang sayap”: bersyukur dan bersabar.

Nabi Muhammad saw bersabda,”Sungguh ajaib urusan orang beriman. Sesungguhnya pada setiap urusannya, baginya ada kebaikan dan perkara ini tidak berlaku melainkan kepada oran gmukmin. Sekiranya dia diberi dengan sesuatu yang menggembirakan lalu dia bersyukur maka kebaikan baginya.” (Riwayat Muslim)

Dalam suatu anekdot, seoang santri sedang berkonsultasi kepada sang ustadz. Ia minta dicarikan jodoh yang ideal menurut sangkaannya : cantik, kulit  putih, postur tinggi, keturunan orang baik dan hafidz 30 juz (penghafal al-Qur’an).

Ustadz itu lalu menjawab :” Alhamdulillah, ada seorang santri putri yang persis sama dengan kriteria idamannmu. Cuma satu saja kekurangannya.”

“Apa satu kekurangan itu ustadz?”

“Eh, tapi jangan tersinggung ya!”

“Tidak Ustadz, insya Allah saya siap menerima satu kekurangan tersebut.”

“kekurangannya, santri putri itu belum mau menerima kamu.”

“Kenapa Ustadz?” santri itu mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Karena kamu sendiri belum seideal dia, sebagai penghafal 30 juz.”

Manusia cenderung mengejar sesuatu yang disenangi dan bersyukur jika hal itu sesuai dengan keinginannya. Termasuk dalam perkara mencari calon suami atau isteri. Selalu berharap yang ideal terhadap pasangan hidupnya. Bagi seorang Muslim, membangun keluarga bermula dari doa dan harapan terhadap jodoh yang diinginkan.

Sebenarnya, harapan diatas terbilang wajar. Namun itu belum tentu ada atau mungkin tersedia tapi tidak sesuai dengan kondisi kita sendiri. Untuk itu, seorang Muslim harus selalu membenahi diri. Dan tidak melulu menuntut hal yang sempurna dari pasangan sedangkan dirinya luput dari usaha menjadi sosok yang sempurna.

Sejatinya, pasangan yang ideal adalah pasangan yang mampu mensyukuri kelebihan pasangannya dan sanggup menyabari kekurangannya. Sebab dua insan bisa berpasangan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan, kerja sama, melengkapi dan memahami. Sehingga ada harmonisasi dalam menjalin hubungan dalam rumah tangga.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)